Selasa, 02 Juli 2013

Fenomena DPRD DKI Ngotot Tetap Tak Setujui Tarif Angkutan Umum

JAKARTA (Pos Kota) – DPRD DKI Jakarta keukeuh tidak mengeluarkan keputusan menyetujui kenaikan tarif angkutan umum selama Dinas Perhubungan DKI Jakarta belum membenahi kualitas angkutan umum di ibukota.

“Jadi, cepat atau lambannya keputusan kenaikan tarif angkutan umum tergantung Dinas Perhubungan DKI Jakarta,” tegas Triwisaksana, Wakil Ketua DPRD DKI seolah melempar bola panas ke Dishub.

“Kita ingin melihat komitmen dan upaya instansi terkait membenahi kualitas angkutan umum ini. Sehingga kenaikan tarif akan diikuti dengan hak warga untuk memperoleh angkutan yang nyaman dan aman,” ujar lelaki yang akrab disapa Sani ini, Selasa (2/7).

Pembenahan harus dilakukan mengingat prosentase kenaikan tarif di Jakarta yang bekisar antara 25 sampai 50 persen merupakan usulan kenaikkan tarif tertinggi di Indonesia dibanding daerah lainnya.

Sani menambahkan pihaknya tidak menuntut pembenahan angkutan melalui peremajaan. Pasalnya hal itu membutuhkan waktu dan proses.

KOMITMEN PEMBENAHAN
Komitmen pembehanan kualitas angkutan itu diungkapkan Sani hanya mencakup pada penegakan hukum di jalanan. Misalnya seperti menertibkan angkutan yang mengetem sembarangan, asap knalpot, mencegah pelecehan seksual, hingga menindak sopir tembak dan sopir ugal-ugalan. “Cuma ini yang kami minta masa Dinas Perhubungan DKI Jakarta tidak bisa melakukannya?,” tandasnya.

Sani mengakui banyak warga datang ke DPRD DKI Jakarta meminta kenaikan tarif dapat dibarengi peningkatan kualitas angkutan umum. “Kami memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan permintaan warga ini. Jika Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah melakukan ini maka kami menyetujui usulan kenaikan tarif yang telah disampaikan sejak beberapa waktu lalu,” kata Sani.

Seperti diketahui sebelumnya, kalangan DPRD DKI Jakarta telah mengelar dua kali pertemuan untuk membahas kebijakan menaikkan tarif pasca diumumkannya kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun belum juga ada titik temu. Tarik ulur terjadi. Dalam rapat kedua yang digelar Jumat (28/6) lalu, DPRD DKI Jakarta menilai usulan kenaikan tarif i baru mengakomodir pengusaha angkutan. Bukan penumpang. Alasannya angkutan yang ada di Jakarta saat ini belum memberikan kenyamanan bagi warga.

SUDAH DILAKUKAN
Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, menyatakan bahwa pembenahan terhadap angkutan telah dilakukan. Salah satunya melalui penyeragaman sopir angkutan. Tidak hanya itu titik yang kerap menjadi simpul kemacetan lantaran banyaknya angkutan yang mengetem juga dilakukan.

Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta, Jokowi, telah melayangkan usulan kenaikan tarif angkutan dengan prosentase bekisar 25 hingga 50 persen. Dengan rincian bus kecil atau angkot dari Rp2.500 menjadi Rp3.000 atau naik kenaikannya 20 persen. Kemudian untuk bus sedang dari semula Rp 2.000 menjadi Rp3.000 atau naik 50 persen. Sementara untuk bus besar reguler dari semula Rp2.000 menjadi Rp3.000 naik sebesar 50 persen.

sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/51d38dd638cb170a69000006/dprd-dki-ngotot-tetap-tak-setujui-tarif-angkutan-umum/

Menurut pendapat saya dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia saat ini membuat harga berbagai macam pangan menjadi naik yang cukup signifikan, para rakyat pun mengeluh dengan harga yang semakin mahal diantaranya seperti bahan-bahan makanan (sembako), kenaikan tarif angkot, dan berbagai macam barang.

Selasa, 11 Juni 2013

implementasi ketahanan nasional era globalisasi

Implementasi Ketahanan Nasional Era Globalisasi

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTsm5usHZyEdrKXKbM1AWK7sV6fa-vB30DFLXHhTvbHH2KPn-L50w


NAMA ANGGOTA    :
·        Chairun Nissa                              31111607             2DB12
·        Getri Novella                                33111041             2DB12
·        Veronika br Sitepu             37111265             2DB12
·        Vita Kharisma Pratiwi        39111058             2DB12


Universitas Gunadarma Kalimalang
Manajemen Informatika
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala kemampuan, kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga mampu menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak terkait yang telah membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan penulisan makalah tentang materi Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.






                                                             Jakarta, 12 Juni 2013  




( Penulis )                              









i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 2
·        Pengertian Ketahanan Nasional ............................................................ 2
·        Istilah Globalisasi .................................................................................. 2
·        Ruang Lingkup Globalisasi ................................................................... 3
·        Macam-Macam Globalisasi Mengandung Paradoks .......................... 4
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 6
·        Aspek Sosial Budaya Ketahanan Nasional di Era Globalisasi ......... 6
·        Macam-Macam Pengertian Dari Ketahanan Nasional ....................... 7
·        Pengaruh Aspek Sosial Budaya ............................................................. 7
·        Kebudayaan dan Alam Lingkungan ...................................................... 8
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 10
·        KESIMPULAN .................................................................................... 10
·        SARAN ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11







ii
DAFTAR GAMBAR


GAMBAR 2.1 ..................................................................................... 2
GAMBAR 2.2 ..................................................................................... 5
GAMBAR 2.3 ..................................................................................... 7










































iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Sejauh ini Globalisasi membawa angin perubahan terhadap kehidupan Negara dan Bangsa. Hubungan antara umat manusia antar Negara sangat intens seakan-akan menggilas Negara Bangsa (cation state) dan membangun citra global. Sebagai bangsa Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan global tersebut agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia, karena untuk itu kita mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan (astagafra). Kekuatan yang kita miliki dalam astagafra (geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideology, politik, ekonomi, social budaya dan hamkam) kedudukannya dapat di pertahankan ditingkatkan dan dikembangkan.

Kunci dalam meningkatkan ketahanan nasional Indonesia adalah peningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang menuju kepenguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh iman dan takwa (infaq).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan terangkan maka penulis akan di fokuskan pada pembahasan tentang : Implementasi Ketahanan Nasional Era Globalisasi”.








1
BAB II
LANDASAN TEORI
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRR5HqIyH8TU-02s5dw5sP9Pz5iAd8Ra4thpq0wKNJe15ILEEeyzQ
Gambar 2.1
Implementasi Ketahanan Nasional dalam Era Globalisasi
Pengertian Ketahanan Nasional adalah Kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. di era globalisasi ini, Negara Indonesia banyak sekali memiliki tantangan untuk tetap menjaga ketahanan nasional. Bidang-bidang yang berhubungan dengan ketahanan nasional yaitu seperti pertahanan dan keamanan, sosial budaya, pangan, politik, idiologi dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Istilah globalisasi menunjukkan gejala menyatunya kehidupan manusia di planet bumi ini tanpa mengenal batas-batas fisik-geografik dan sosial yang kita kenal sekarang ini.

2
Globalisasi berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat “revolusi” dibidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan yang dikenal dengan istilah Triple T.
Pemikiran Naisbitt menyatakan, menyatunya kehidupan di dunia (globalisasi) disertai dengan munculnya berbagai paradoks (kondisi pertentangan). Dikhawatirkan “globalisasi” akan menghilangkan negara bangsa (nation state)? Disisi lain globalisasi haruslah dipandang sebagai suatu “peluang” (oportunity) untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memperkokoh bangsa, agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk itulah, diperlukan Tannas yang tangguh bagi bangsa Indonesia di Era Globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu pengertian ekonomi. Konsep globalisasi baru masuk kajian dalam universitas pada tahun 1980-an, pertama-tama merupakan pengertian sosiologi yang dicetuskan oleh Roland Robertson dari University of Pittsburgh. Pada prinsipnya, proses globalisasi ada yang bertujuan intensional dan ada pula yang impersonal. Proses globalisasi yang intensional dapat dilihat misalnya pada kegiatan perdagangan dan pemasaran, sedangkan proses globalisasi yang impersonal dapat kita lihat, misalnya dalam gerakan fundamentalis, agama dan kecenderungan-kecenderungan pasar yang agak sulit untuk dijelaskan sebab-musababnya, misalnya mundurnya mobil buatan Amerika di pasaran dunia dewasa ini.
Globalisasi menyebabkan “bazar global” karena dunia sebenarnya telah merupakan pasaran bersama dengan adanya alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui jaringan TV, internet, film, musik maupun majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu pasar yang besar (global cultural bazaar). Bahwa dunia telah menjadi satu pasar, dapat kita lihat gejalanya di kota-kota besar di Indonesia, dengan menjamurnya mal-mal yang dibanjiri produk luar negeri.
Dewasa ini kita juga melihat bahwa suatu produk tidak lagi dihasilkan di satu negara, tetapi komponen-komponennya telah dibuat di berbagai negara karena pertimbangan-pertimbangan bisnis yang lebih menguntungkan. Produk Boeing, Toyota, Mitsubisi, General motor merupakan contoh desentralisasi dalam produksinya. Sementara itu, proses produksi juga berkembang menjadi produksi massal (mass production) yang memungkinkan penekanan harga sehingga dapat dijual lebih murah. Pesatnya kemajuan bisnis juga didorong oleh apa yang disebut uang global (global money) yakni credit card. James Champy penulis terkenal Reengineering The Corporation, menyatakan selera konsumen sangat menentukan dalam transformasi global.
3
Menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi tantangan masa depan adalah Pertama, lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk yang peka terhadap keinginan konsumen. Kedua, untuk memenuhi selera pasar “konsumen”, diperlukan manusia-manusia yang menguasai ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, masyarakat masa depan merupakan masyarakat “meritokrasi”, yaitu masyarakat yang menghormati prestasi daripada statusnya dalam organisasi. Keempat, lingkungan yang menghormati seseorang yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya di dalam organisasi. Inilah transformasi perusahaan yang menggambarkan pula transformasi kebudayaan manusia. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) mempunyai dimensi-dimensi baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks.
Menurut Kartasasmita (1996) transformasi global ditentukan oleh dua kekuatan besar yang saling menunjang, yaitu perdagangan dan teknologi. Perdagangan akan berkembang begitu cepat dan mengubah pola-pola kehidupan manusia. Pola-pola kehidupan itu ditanggung oleh kemajuan teknologi yang telah mengubah bentuk-bentuk hubungan antarmanusia dengan lebih cepat, lebih intensif, dan lebih beragam. Transformasi bukan berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt mengatakan globalisasi mengandung berbagai paradoks, diantaranya berikut ini :
1. Budaya global vs Budaya lokal
2. Universal vs Individual
3. Tradisional vs Modern
4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek
5. Kompetisi vs Kesamaan kesempatan
6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK
7. Spiritual vs Material

Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu, kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan, diktator dan perang.
4
Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang ekonomi ini menuntut liberalisasi dalam bidang politik, dimana keduanya harus berjalan seiring dan saling menunjang.
Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam “Dunia tanpa batas” dimaksudkan dalam bidang bisnis komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya transnasional.. Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat tannas yang kita harapkan di dalam era globalisasi ini diperlukan pengaturan-pengaturan dalam aspek Trigatra dan pancagatra.
Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan kelestarian. Dalam aspek pancagatra diperlukan pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila di dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penghayatan budaya politik Pancasila, mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang meningkat bagi seluruh rakyat, memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika, dan memantapkan kesadaran bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ3jUf1uc-b6Wq1aneso2xYd6gSpKpqY4Xpqn2ZYZ8MYoBU9Bp-

Gambar 2.2


5
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek Sosial Budaya Ketahanan Nasional di Era Globalisasi
Ketahanan Nasional adalah Kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergi. Hal demikian itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional hakikat.
Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Untuk dapat menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara dalam mecapai tujuan nasional. Ketahanan dibidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan Negara RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI yang dilandasi oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional Wawasan Nasional.
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia perlu, kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

6
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Gambar 2.3

Bentuk-bentuk ancaman:
 Ancaman dari dalam negeri
Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia
 Ancaman dari luar negeri
Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri.

Pengaruh Aspek Sosial Budaya
Yang disebut “sosial” disini pada hakikatnya adalah pergaulan hidup dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggung-jawaban dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu. Sementara “budaya” adalah sistem nilai yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama dan menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakan kehidupan.
7
Kebudayaan dan Alam Lingkungan
Sejak jaman dahulu, suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara ini sudah terbiasa hidup dekat dengan alam, entah sebagai petani, peladang atau pelaut. Namun kedekatan ini terbatas hanya sampai pada pemanfaatan alam beserta kekayaannya dengan pengetahuan yang terbatas. Pemanfaatan alam belum dibarengi dengan budaya untuk melestarikan alam demi kepentingan masa depan. Kebiasaan untuk membuka hutan tanpa pemikiran untuk penghijauan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah manusia merupakan budaya yang tidak ramah terhadap lingkungan. Demi kepentingan masa depan, budaya melestarikan alam harus ditumbuhkan. Bangsa Indonesia harus disadarkan bahwa mereka adalah bagian dari alam dan mereka tidak boleh memanfaatkan alam tanpa batas. Apabila alam lingkungan rusak, manusia Indonesia pun akan rusak.
Kebudayaan memiliki makna hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Jadi kata budaya itu memiliki banyak sekali artian. Tetapi dalam tulisan ini, mengangkat pengertian kebudayaan disisi kesenian sebagai pokok karena pencurian kebudayaan itulah yang baru saja Indonesia alami saat ini.
Kebudayaan Indonesia yang terdiri dari Kepercayaan, Kesenian dan Adat Istiadat tidak akan gampang dijaga. Di daerah Aceh sampai dengan daerah Irian Jaya kebudayaan itu bertabur lebih dari 100 jenis. Bagaimana menjaganya sementara setiap orang memiliki konsentrasi yang berbeda-beda setiap hari. Tetapi itulah perlunya sebuah strategi yang harus ditanamkan oleh setiap warga negara untuk kelangsungan kebudayaan itu. Setiap warga negara diperlukan peranannya dalam menjaga kebudayaan, dengan cara menghargai kebudayaan dan mencintai untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
Ketahanan budaya bangsa, pada hakikatnya sejalan dengan ketahanan nasional dalam lingkup khusus, yaitu budaya dan kebudayaan nasional. Meskipun demikian, keadaan yang berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana yang kondusif. Kerangka acuan strategi pembangunan budaya dan kebudayaan bisa di stratifikasi dalam startegi utama dan pendukung. Kita juga perlu memetakan anatomi strategi tersebut melalui penegakan budaya bangsa dengan pendekatan desentralistik guna mengeliminasi terancamnya identitas kebudayaan lokal dan nasional.



8
Diantaranya yang utama adalah membangun kembali kerukunan nasional, melalui forum-forum rekonsilisasi nasional dialog nasional dll. Tujuannya adalah membangun saling pengertian, membangun nurani kebersamaan, reaktualisasi nilai-nilai budaya guna menjamin kelangsungan masa depan bangsa. Untuk mendukung semua itu, semangat kebangsaan, kepedulian berbudaya, kemauan menjadi masyarakat global yang berbudaya dan bermartabat, mengembangkan tanggung jawab, reaktualisasi terwujudnya budaya malu, keuletan, kemandirian dan hal-hal semacam itu merupakan fitur-fitur budaya dan kebudayaan yang perlu terus ditumbuh-kembangkan, mulai dari diri sendiri, lingkungan, sampai pada tatanan nasional.




















9
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran
Jadi kesimpulannya adalah bahwa kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinekaannya yaitu bersatu dalam menghadapi semua permasalahan yang ada. Tetapi apabila kebhinekaan atau kemajemukan tersebut tidak dapat dibina dengan baik bukan tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan dan untuk mendukung sebuah ketahanan nasional kita harus bisa menjaga kebudayaan bangsa Indonesia dalam melestarikan budaya itu sendiri agar tidak punah dan di ambil oleh Negara lain dengan membuat hak paten atau membuat hak cipta atas karya sendiri. Dan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah individualistis dan materialistis dan semakin berkurangnya ketauladanan, kejujuran dan sebuah ketegasan dari para pemimpin Negara.

















10
DAFTAR PUSTAKA






11