Implementasi Ketahanan Nasional Era Globalisasi
NAMA ANGGOTA :
·
Chairun
Nissa 31111607 2DB12
·
Getri
Novella 33111041 2DB12
·
Veronika br Sitepu 37111265 2DB12
·
Vita
Kharisma Pratiwi 39111058 2DB12
Universitas Gunadarma Kalimalang
Manajemen Informatika
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala kemampuan, kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga mampu menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada
pihak terkait yang telah membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan penulisan makalah
tentang materi Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 12 Juni 2013
( Penulis )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................
i
DAFTAR ISI
...................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR
......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
BAB II LANDASAN TEORI
......................................................................... 2
·
Pengertian
Ketahanan
Nasional ............................................................ 2
·
Istilah
Globalisasi ..................................................................................
2
·
Ruang
Lingkup Globalisasi ...................................................................
3
·
Macam-Macam
Globalisasi Mengandung Paradoks .......................... 4
BAB III PEMBAHASAN
...............................................................................
6
·
Aspek Sosial Budaya
Ketahanan Nasional di Era Globalisasi ......... 6
·
Macam-Macam
Pengertian Dari Ketahanan Nasional ....................... 7
·
Pengaruh Aspek Sosial Budaya
............................................................. 7
·
Kebudayaan dan Alam Lingkungan
...................................................... 8
BAB IV PENUTUP
........................................................................................
10
·
KESIMPULAN
....................................................................................
10
·
SARAN
................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................
11
ii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.1 .....................................................................................
2
GAMBAR
2.2 .....................................................................................
5
GAMBAR
2.3 .....................................................................................
7
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sejauh ini Globalisasi membawa angin perubahan
terhadap kehidupan Negara dan Bangsa. Hubungan antara umat manusia antar Negara
sangat intens
seakan-akan menggilas Negara Bangsa (cation state) dan
membangun citra global. Sebagai bangsa Indonesia, dengan
berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan
global tersebut agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan
dunia, karena untuk itu kita mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki
dalam segenap aspek kehidupan (astagafra). Kekuatan yang kita miliki dalam astagafra
(geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideology, politik, ekonomi, social budaya dan hamkam) kedudukannya
dapat di pertahankan ditingkatkan dan dikembangkan.
Kunci dalam meningkatkan ketahanan nasional
Indonesia adalah peningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia
yang menuju kepenguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dilandasi
oleh iman dan takwa (infaq).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas serta
dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan terangkan maka penulis akan di fokuskan pada pembahasan
tentang : “Implementasi Ketahanan Nasional Era Globalisasi”.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1
Implementasi Ketahanan Nasional dalam Era Globalisasi
Pengertian
Ketahanan
Nasional
adalah Kondisi
dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan ketahanan, kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara
langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. di era globalisasi ini, Negara Indonesia
banyak sekali memiliki tantangan untuk tetap menjaga ketahanan nasional. Bidang-bidang
yang berhubungan dengan ketahanan nasional yaitu seperti pertahanan dan
keamanan, sosial budaya, pangan, politik, idiologi
dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Istilah globalisasi menunjukkan gejala
menyatunya kehidupan manusia di planet bumi ini tanpa mengenal batas-batas
fisik-geografik dan sosial yang kita kenal sekarang ini.
2
Globalisasi berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu
oleh kemajuan pesat “revolusi” dibidang
teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan yang dikenal
dengan istilah Triple T.
Pemikiran Naisbitt menyatakan, menyatunya kehidupan di dunia (globalisasi) disertai dengan
munculnya berbagai paradoks (kondisi pertentangan). Dikhawatirkan “globalisasi”
akan menghilangkan negara bangsa (nation state)? Disisi lain globalisasi
haruslah dipandang sebagai suatu “peluang” (oportunity) untuk meningkatkan,
mengembangkan, dan memperkokoh bangsa, agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang
telah maju. Untuk itulah, diperlukan Tannas yang tangguh bagi bangsa Indonesia
di Era Globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu pengertian
ekonomi. Konsep globalisasi baru masuk kajian dalam universitas pada tahun
1980-an, pertama-tama merupakan pengertian sosiologi yang dicetuskan oleh
Roland Robertson dari University of Pittsburgh. Pada prinsipnya,
proses globalisasi ada yang bertujuan intensional dan ada pula yang impersonal.
Proses globalisasi yang intensional dapat dilihat misalnya pada kegiatan perdagangan
dan pemasaran, sedangkan proses globalisasi yang impersonal dapat kita lihat,
misalnya dalam gerakan fundamentalis, agama dan kecenderungan-kecenderungan
pasar yang agak sulit untuk dijelaskan sebab-musababnya, misalnya mundurnya
mobil buatan Amerika di pasaran dunia dewasa ini.
Globalisasi menyebabkan “bazar global”
karena dunia sebenarnya telah merupakan pasaran bersama dengan adanya alat-alat
komunikasi serta entertainment global melalui jaringan TV, internet, film,
musik maupun majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu pasar
yang besar (global cultural bazaar). Bahwa dunia telah menjadi satu pasar,
dapat kita lihat gejalanya di kota-kota besar di Indonesia, dengan menjamurnya
mal-mal yang dibanjiri produk luar negeri.
Dewasa ini kita juga melihat bahwa suatu
produk tidak lagi dihasilkan di satu negara, tetapi komponen-komponennya telah dibuat di berbagai negara
karena pertimbangan-pertimbangan bisnis yang lebih menguntungkan. Produk
Boeing, Toyota, Mitsubisi, General motor merupakan contoh desentralisasi dalam
produksinya. Sementara itu, proses produksi juga berkembang menjadi produksi
massal (mass production) yang memungkinkan penekanan harga sehingga dapat
dijual lebih murah. Pesatnya kemajuan bisnis juga didorong oleh
apa yang disebut uang global (global money) yakni credit card. James Champy
penulis terkenal Reengineering The Corporation, menyatakan selera konsumen
sangat menentukan dalam transformasi global.
3
Menurut Champy, lingkungan yang mampu
menghadapi tantangan masa depan adalah Pertama, lingkungan yang merangsang
pemikiran majemuk yang peka terhadap keinginan konsumen. Kedua, untuk memenuhi
selera pasar “konsumen”, diperlukan manusia-manusia yang menguasai ilmu dan
keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan penuh
tanggung jawab. Ketiga, masyarakat masa depan merupakan masyarakat
“meritokrasi”, yaitu masyarakat yang menghormati prestasi daripada statusnya
dalam organisasi. Keempat, lingkungan yang menghormati seseorang yang dapat
menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya di dalam
organisasi. Inilah transformasi
perusahaan yang menggambarkan pula transformasi kebudayaan manusia. Nilai-nilai positif
dari globalisasi (kesejagatan) mempunyai dimensi-dimensi baru yang tidak
dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan dan terorisme
internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero dunia.
Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan
oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks.
Menurut Kartasasmita (1996) transformasi
global ditentukan oleh dua kekuatan besar yang saling menunjang, yaitu
perdagangan dan teknologi. Perdagangan akan berkembang begitu cepat dan
mengubah pola-pola kehidupan manusia. Pola-pola kehidupan itu ditanggung oleh
kemajuan teknologi yang telah mengubah bentuk-bentuk hubungan antarmanusia
dengan lebih cepat, lebih intensif, dan lebih beragam. Transformasi bukan
berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt mengatakan globalisasi mengandung berbagai
paradoks, diantaranya berikut ini :
1. Budaya global vs Budaya lokal
2. Universal vs Individual
3. Tradisional vs Modern
4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek
5. Kompetisi vs Kesamaan kesempatan
6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan
IPTEK
7. Spiritual vs Material
Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang
telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih intern
terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu, kehidupan demokrasi semakin marak dan
manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan,
diktator dan perang.
4
Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang ekonomi ini
menuntut liberalisasi dalam bidang politik, dimana keduanya harus berjalan
seiring dan saling menunjang.
Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam “Dunia tanpa batas” dimaksudkan dalam bidang
bisnis komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi
tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa. Kontak budaya
tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar. Terjadilah relativisasi
nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya
transnasional.. Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional untuk mencapai
tingkat tannas yang kita harapkan di dalam era globalisasi ini diperlukan
pengaturan-pengaturan dalam aspek Trigatra dan pancagatra.
Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan
ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan
kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan sumber kekayaan alam
dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan kelestarian. Dalam aspek
pancagatra diperlukan pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila di dalam
kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penghayatan budaya
politik Pancasila, mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan
pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang meningkat bagi
seluruh rakyat, memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika, dan
memantapkan kesadaran bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Gambar 2.2
5
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Aspek
Sosial Budaya Ketahanan Nasional di Era Globalisasi
Ketahanan Nasional adalah Kondisi hidup dan kehidupan nasional
yang harus senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara
sinergi. Hal demikian itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan
yang mampu mengembangkan kekuatan nasional hakikat.
Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan
dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional. Untuk dapat menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara dalam mecapai
tujuan nasional. Ketahanan dibidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi
dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar. Yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan Negara RI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kondisi kehidupan nasional merupakan
pencerminan ketahanan nasional yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga ketahanan nasional adalah
kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI yang dilandasi oleh landasan idiil
Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional Wawasan
Nasional.
Untuk mewujudkan keberhasilan
ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia perlu, kehidupan sosial budaya
bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang
serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing
yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
6
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa
yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung
maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam
mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Gambar 2.3
Bentuk-bentuk
ancaman:
Ancaman
dari dalam negeri
Contohnya
adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat
Indonesia
Ancaman
dari luar negeri
Contohnya
adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan
imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri.
Pengaruh
Aspek Sosial Budaya
Yang disebut “sosial” disini pada hakikatnya adalah
pergaulan hidup dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan,
senasib, sepenanggung-jawaban dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu. Sementara “budaya” adalah sistem nilai yang merupakan hasil
cipta, rasa dan karsa manusia yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama dan
menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakan kehidupan.
7
Kebudayaan
dan Alam Lingkungan
Sejak jaman dahulu, suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan
Nusantara ini sudah terbiasa hidup dekat dengan alam, entah sebagai petani,
peladang atau pelaut. Namun kedekatan ini terbatas hanya sampai pada
pemanfaatan alam beserta kekayaannya dengan pengetahuan yang terbatas.
Pemanfaatan alam belum dibarengi dengan budaya untuk melestarikan alam demi
kepentingan masa depan. Kebiasaan untuk membuka hutan tanpa pemikiran untuk
penghijauan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah manusia
merupakan budaya yang tidak ramah terhadap lingkungan. Demi kepentingan masa
depan, budaya melestarikan alam harus ditumbuhkan. Bangsa Indonesia harus
disadarkan bahwa mereka adalah bagian dari alam dan mereka tidak boleh
memanfaatkan alam tanpa batas. Apabila alam lingkungan rusak, manusia Indonesia
pun akan rusak.
Kebudayaan memiliki makna hasil kegiatan dan penciptaan batin
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Jadi kata budaya itu
memiliki banyak sekali artian. Tetapi dalam tulisan ini, mengangkat pengertian
kebudayaan disisi kesenian sebagai pokok karena pencurian kebudayaan itulah
yang baru saja Indonesia alami saat ini.
Kebudayaan Indonesia yang terdiri dari Kepercayaan, Kesenian dan Adat Istiadat tidak akan gampang dijaga.
Di daerah Aceh sampai dengan daerah Irian Jaya kebudayaan itu bertabur lebih
dari 100 jenis. Bagaimana menjaganya sementara setiap orang memiliki konsentrasi
yang berbeda-beda setiap hari. Tetapi itulah perlunya sebuah strategi yang harus
ditanamkan oleh setiap warga negara untuk kelangsungan kebudayaan itu. Setiap
warga negara diperlukan peranannya dalam menjaga kebudayaan, dengan cara
menghargai kebudayaan dan mencintai untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
Ketahanan budaya bangsa, pada hakikatnya sejalan dengan
ketahanan nasional dalam lingkup khusus, yaitu budaya dan kebudayaan nasional.
Meskipun demikian, keadaan yang berbudaya dan berkepribadian hanya dapat
berkembang di dalam suasana yang kondusif. Kerangka acuan strategi pembangunan
budaya dan kebudayaan bisa di stratifikasi dalam startegi utama dan pendukung. Kita juga
perlu memetakan anatomi strategi tersebut melalui penegakan budaya bangsa
dengan pendekatan desentralistik guna mengeliminasi terancamnya identitas kebudayaan lokal dan
nasional.
8
Diantaranya yang utama adalah membangun kembali kerukunan
nasional, melalui forum-forum rekonsilisasi nasional dialog nasional dll.
Tujuannya adalah membangun saling pengertian, membangun nurani kebersamaan, reaktualisasi nilai-nilai
budaya guna menjamin kelangsungan masa depan bangsa. Untuk mendukung semua itu, semangat kebangsaan, kepedulian
berbudaya, kemauan menjadi masyarakat global yang berbudaya dan bermartabat,
mengembangkan tanggung jawab, reaktualisasi terwujudnya
budaya malu, keuletan, kemandirian dan hal-hal semacam itu merupakan fitur-fitur budaya dan
kebudayaan yang perlu terus ditumbuh-kembangkan, mulai dari diri sendiri,
lingkungan, sampai pada tatanan nasional.
9
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Jadi kesimpulannya
adalah bahwa kekuatan bangsa Indonesia terletak pada
kebhinekaannya
yaitu bersatu dalam menghadapi semua permasalahan yang ada. Tetapi apabila
kebhinekaan atau kemajemukan tersebut tidak dapat dibina dengan baik bukan
tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan dan untuk mendukung sebuah ketahanan nasional kita harus bisa
menjaga kebudayaan bangsa Indonesia
dalam melestarikan budaya itu sendiri
agar tidak punah dan di ambil
oleh Negara lain dengan membuat hak paten
atau membuat hak cipta atas karya
sendiri. Dan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa
Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih banyak kelemahan
yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi,
korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin
merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah individualistis dan
materialistis dan semakin berkurangnya
ketauladanan,
kejujuran dan sebuah ketegasan dari para pemimpin Negara.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Merkur & Ferencia: Merkur & Ferencia Merkur
BalasHapusMerkur & Ferencia merkur - Merkur & Ferencia novcasino Merkur in wooricasinos.info Solingen, Germany https://febcasino.com/review/merit-casino/ - Merkur jancasino - Merkur Merkur - MERKUR - Merkur & Ferencia https://access777.com/ Merkur